Rabu, 02 Januari 2019

Di Pinggir Kolam, Mengaji Pada Ikan-Ikan





Daru Sima S. “memamah” dan memahami kata bukan dengan cara biak; bukan dengan mengunyahnya berulang dengan satu persoalan yang sama; sambil melamun menghabiskan hari, usia, kata-kata, dan kertas-kertas percetakan. Tidak pula menjadikannya menjadi udara yang sama kita hirup dan keluar sebagai karbon dioksida; dikirim kembali pada pohon-pohon yang kelak lelah dan kering pada suatu musim. Kita, sebagaimana Daru Sima S., adalah generasi sapiens ke-sekian yang tidak lagi menempatkan bunyi, kemudian kata, sebagai alat komunikasi semata, melainkan menjadikannya sebagai alat berpikir; merenung—juga mengumpat dan memendam perasaan—; dan menyampaikan permenungan dan pemikiran tersebut melalui ragam sistem.

(Eko Triono )




Pengantar
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah, Maha Penyayang, Maha Suci Allah yang semua kata-kata berhulu dari-Nya. Solawat atas baginda nabi Muhammad SAW, pada keluarganya, sahabatnya, tabiin wa tabiatnya, sampai pada kita semua.

Puisi yang belum sepenuhnya puisi.
Saya selalu berkata demikian atas kata-kata yang saya tentukan nasibnya sebagai puisi. Dengan penuh keraguan dan merasa tidak enak hati, kata-kata tersebut terus-menerus saya susun menjadi bait-bait, membentuk rima, dan tentu saja merumuskan kisahnya sendiri sebagai puisi (ketika sampai pada pembaca). Dan menulis puisi ialah upaya untuk memelihara diri sendiri.

Kedukaan dan kebahagiaan selalu menggenapi kehidupan, silih berganti, berkeliling bersama waktu. Posisi sulit sering membuat luka bertahan lama, posisi senang yang teramat dapat membuat kita lupa. kemampuan mengolah perasaanlah yang dapat mengendalikannya.
Mengolah imajinasi perasaan harus terus menerus dilakukan.  Sebab seiring waktu, posisi manusia akan meningkat, memperoleh kedukaan yang lebih berat atau kebahagiaan yang amat sangat.
Menjadi seorang pesimis atau pesemangat yang kuat tidaklah mudah. Perlu perenungan, penghayatan, dan pengambilan keputusan. Dalam keadaan gejolak jiwa demikianlah puisi-puisi ini disusun.
 Sejak tahun 2013, ada banyak peristiwa yang melingkupi kehidupan saya; mengajar di PAUD, SD, atau SMP, putus sekolah, melanjutkan kuliah, bertemu punggawa Lesbumi Cilacap, membentuk Pojok Pustaka, setiap jadwal kuliah bolak-balik Palugon-Majenang melewati hujan deras, kabut yang menutupi perjalanan (saya pernah celaka karena ini) dan lain sebagainya telah memberikan ruang hidup imajinasi, perasaan pada puisi-puisi yang hadir dalam buku ini dengan melingkupi setidaknya tiga hal besar.
Pertama, perihal ketuhanan: Di Pinggir Kolam; Mengaji Kepada Ikan-Ikan; Merayu Sepanjang Malam; Doa Orang Saleh; Doa Orang Sesat; Perempuan Yang Jarang Mandi; Mengintip Mandi Di Kali;
Kedua, perihal cinta: Saturasi, Memeriksa Kecemburuan Ibu, Menaksir Kembali Pola Kita Jatuh Cinta, Cerita Hujan Pertama Untuk Naiku, Obrolan Hakim Keluarga; Ibu, Rasa Cintanya Pada Menantu; Aku Selalu Ingin Mencintaimu, Aroma Tubuhmu;
Ketiga, perihal tempat; Palugon, Pintu Masuk Sebuah Kota; Palugon; Wajah Tanggung Kali Cilumbu; Perihal Kampung Batu; Sungai Cinta Para Pencari Suaka; Bandulan; Laguna Dodo; Melewati Pasar Karang Gendot.

Tidak lupa, saya amat berterimakasih kepada Dang Aji Sidik dan Unsa Press yang berkenan menerbitkan buku yang sederhana ini, kepada bapakku, Suparman bin Sumanta, Ibuku, Arnah binti Sunardi, teman-teman Pojok Pustaka, Eko Triono, Badruddin Emce, Imam Hamidi Antasalam, Abdulloh Amir, Alfiyan Harfi, segenap dosen STAI Sufyan Tasuri, orang-orang serta pembaca yang budiman. Tanpa kalian, puisi-puisi ini tak akan pernah jadi apa-apa.

Saya mohon maaf atas ketidaksempurnaan buku ini. Kritik, saran, dan masukan saya terima dengan terbuka. Semoga rahmat tuhan senantiasa menaungi kita semua.
                                                                        Daru Sima S.



Di Pinggir Kolam

ikan, datanglah ke pemancingan
gerumut kakiku, tanganku,
juga jiwaku

selepas kail nyemplung ke dasar kolam
makanlah umpan dengan rasa sabar
biar debar terlatih membingkai
katakata, juga wajah yang pendusta

bunga teratai di tengahnya
beranak akarnya
menyimak deburnya, tapi tak ada angin
kita makin dekat, sekat yang berjarak mampat

aku memancingmu, kau mengujiku


Bengkel Cibeunying, 3416


DI PINGGIR KOLAM, MENGAJI KEPADA IKAN-IKAN


Penulis: Daru Sima S
Proofreader: Dang Aji
Desain Cover & Layout: Wirasatriaji
Cetakan Pertama September 2018
Penerbit
UNSApress
Email: unsaku27@yahoo.com
Fanspage: Penerbit UNSA Press
xiv + 120 hlm. ; 13,5 cm x 20 cm

ISBN: 978-602-74393-8-2

Jual : Rp. 40.000

1 komentar:

  1. numpang promote ya min ^^
    Bosan tidak tahu mau mengerjakan apa pada saat santai, ayo segera uji keberuntungan kalian
    hanya di D*E*W*A*P*K
    dengan hanya minimal deposit 10.000 kalian bisa memenangkan uang jutaan rupiah
    dapatkan juga bonus rollingan 0.3% dan refferal 10% :)

    BalasHapus